Rabu, 04 Desember 2013


OFFICE 2013


ni bagi kalian yang mau office 2013
lagsung aja comot



Senin, 25 November 2013

Fungsi Desain Web Terhadap Pepustakaan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada abad ke-21 kesadaran masyarakat tentang pentingnya informasi semakin meningkat, tetapi banyak informasi yang tersedia tidak diiringi layanan yang baik dan menarik. Perpustakaan tak ubahnya semacam gedung penyimpanan buku dan informasi belaka. Perpustakaan selalu berupaya memberikan layanan yang terbaik dan maksimal kepada penggunanya. Berbagai upaya ditempuh untuk untuk memenuhi kepuasan pemakainya dengan pelayanan yang prima. Dengan kecanggihan teknologi informasi pada era globalisasi ini akan mampu menjawab semua tuntutan dari para pengunjung perpustakaan yang menginginkan pelayanan yang prima.
Perpustakaan merupakan lembaga atau pusat informasi yang tugasnya tidak sekedar mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi saja, tetapi sebagai lembaga penyebarluasan informasi tidak hanya dengan para penggunanya datang ke perpustakaan bisa juga mnggunakan layanan yang memungkinkan penggunanya memanfaatkan sumber-sumber informasi yang dimiliki perpustakaan dengan berbagai media. Salah satu layanan itu adalah website perpustakaan sebagai layanan penunjang untuk mempermudah memperoleh informasi.
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian perpustakaan ?
b.      Apa yang dimaksud dengan desain web ?
c.       Apa media yang digunakan dalam desain web ?
d.      Bagaimana langkah-langkah dalam mendessain web ?
e.       Apa fungsi desain web bagi perpustakaan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PERPUSTAKAAN
Menurut UU perpustakaan pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelola dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan.
Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan (Darmono, 2001: 2).
Secara lebih umum, Yusuf dan Suhendar (2005:1) menyatakan bahwa perpustakaan adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat kegiatan menghimpun, mengelola, dan menyebarluaskan segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahawa perpustakaan merupakan suatu bentuk organisasi yang memiliki tugas untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan melayani kebutuhan informasi para pengguna perpustakaan.

B.     PENGERTIAN DESAIN WEB
Desain web adalah seni dan proses dalam menciptakan halaman web tunggal atau keseluruhan yang bisa melibatkan estetika dan seluk beluk mekanisme dari suatu operasi situs web walaupun yang utama memusatkan pada tampilan dan cita rasa. Sedangkan aspek yang mencangkup pada desain web antara lain menciptakan animasi dan grafik, pemilihan warna,grafik dan font.

C.    MEDIA YANG DIGUNAKAN DALAM DESAIN WEB
Desainuntuk mendesain suatuhomepage biasanya para web designer dimulai dengan software ini sebagai tampilan sementara atau dalam membuat layout homepage.

1. Adobe Photoshop : Desain berbasis titik ( bitmap )
2. Adobe Image Ready : Memotong gambar-gambar ke dalam format html
3. Adobe Illustrator : Desain berbasis vector
4. CorelDraw : Desain berbasis vector
5. Macromedia Freehand : Desain berbasis vector

Efek Desain :hal ini dilakukan untuk menghidupkan desain yang telah kita rancang. Seperti menambah efek cahaya, textur dan manipulasi teks.

1. Macromedia Firework : Efek teks
2. Painter : Memberikan efek lukisan
3. Ulead Photo Impact : Efek frame dan merancangan icon yang cantik.
4. Plugins Photoshop : Seperti Andromeda, Alien Skin, Eye Candy, Kai's Power Tool dan Xenofex juga sangat mendukung untuk memberi efek desain sewaktu anda mendesain layout homepage di Photoshop.

Animasi :Penambahan animasi perlu untuk membuat homepage agar kelihatan menarik dan hidup.

1. 3D Studio Max : Untuk membuat objek dan animasi 3D.
2. Gif Construction Set : Membuat animasi file gif 3. Macromedia Flash : Menampilkan animasi berbasis vector yang berukuran kecil.
3. Microsoft Gif Animator : Membuat animasi file gif
4. Swift 3D : Merancang animasi 3D dengan format file FLASH.
5. Swish : Membuat berbagai macam efek text dengan format file FLASH.
6. Ulead Cool 3D : Membuat animasi efek text 3D.

D.    LANGKAH-LANGKAH MENDESAIN WEB
1. Membuat Sketsa Desain :
Dalam mendesain suatu homepage langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sketsa disain pada kertas, hal ini dilakukan untuk memberi gambaran bagaimana homepage kita nanti setelah selesai dan bagaimana cara mengatur letak letaknya. tetapi untuk kebanyakan orang langkah ini biasanya dilewati dan langgsung meloncat ke langkah kedua.

2. Membuat Layout Desain :
Setelah sketsa sudah jadi, kita menggunakan software seperti Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Macromedia Fireworks dan Macromedia Freehand untuk memperhalus sketsa desain dan juga menambahkan efek efek pada sketsa tersebut.
Setelah layout desain homepage sudah jadi. File gambar tersebut dipecah menjadi potongan kecil-kecil untuk mengoptimize waktu download.Karena file gambar biasanya berukuran besar sehingga akan memerlukan waktu lama untuk membuka untuk membuka halaman web yang memakai gambar tersebut.
Untuk melakukan hal tersebut kita dapat menggunakan software Adobe Image Ready. Software ini dapat langsung memotong gambar yang besar tadi dan otomatis juga menjadikannya ke dalam format html. Langkah ini bisa saja dilewatkan bila ukuran gambar kita tidak terlalu besar.

3. Membuat Animasi :
Animasi diperlukan untuk menghidupkan homepage kita agar menarik pengunjung. Macromedia Flash dan Gif Construction Set dapat dipakai untuk melakukan hal tersebut.

4. Membuat HTML :
Setelah itu kita merapikan layout desain kita seperti menempatkan beberapa tombol dan gambar, menambah text, mengedit script HTML, membuat layout form ke dalam format HTML. Untuk itu kita perlu software HTML Editor seperti Macromedia Dreamweaver, Microsoft Frontpage dan Allaire Homesite.

5. Programming dan Script :
Untuk website e-commerce, iklan baris, lelang, database, membuat guestbook, counter dan forum diskusi. selain itu script ini juga dapat digunakan untuk mempercantik halaman web kita antara lain membuat animasi text , membuat animasi pada background dan lain lain. File HTML kita perlu programming untuk melakukan aktivitas semacam itu. Programming dan script ini bisa dibuat dengan menggunakan ASP, Borland Delphy, CGI, PHP, Visual Basic dan yang terkenal saat ini adalah dengan menggunakan java script.

6. Upload HTML :
Setelah file kita telah menjadi html beserta gambar dan scriptnya. Kita perlu meng-upload file kita ke suatu tempat ( hosting ), agar semua orang di dunia dapat mengakses halaman html kita. Biasanya Macromedia Dreamweaver dengan fasilitas site FTP dan Microsoft Frontpage dengan Publishnya telah menyediakan fasilitas upload ini. Atau dapat menggunakan software seperti WS-FTP, Cute FTP, Bullet FTP. Yang perlu menjadi catatan di sini adalah jika kita menggunakan microsoft frontpage kita harus memilih hosting yang mendukung frontpage ini karena tidak semua hosting mendukung frontpage, terutama hosting gratis.

7. memilih hosting :
Untuk homepage pribadi atau yang sekedar ingin coba-coba biasanya setelah file html sudah jadi dapat hosting di tempat-tempat gratis, memakai guestbook dan counter gratis dan menambah macam-macam accesories dalam mempercantik homepage pribadi tersebut.

E.     FUNGSI DESAIN WEB BAGI PERPUSTAKAAN
Desain web sangat berperan penting dalam website yang dibuat. Adapun fungsi desain web bagi perpustakaan yaitu :
1.      Mempermudah dalam memperoleh informasi yang diinginkan. Dengan desain web yang sederhana tetapi bisa menyajikan informasi dengan baik.
2.      Desain web dapat menentukan kualitas dari website perpustakaan dalam menyediakan informasi.
3.      Desain web sangat berpengaruh pada penilaian pengguna perpustakaan apakah efiktif dan efisien dalam penyajian informasi.
4.      Desain web juga berfungsi untuk membuat keindahan pada website perpustakaan sehingga minat pengunjung website perpustakaan meningkat.
5.      Desain web berfungsi untuk mengembangkan website perpustakaan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi dan penyebarluasan informasi sangat harus mempunyai layanan yang prima untuk kepuasan para penggunanya. Salah satunya adalah website perpustakaan sebagai penunjang kemudahan dan kemajuan dalam menyebarluaskan dan memperoleh informasi. Website perpustakaan memerlukan desain web dalam mengelola website supaya terlihat menarik agar minat pengguna perpustakaan semakin meningkat dan nyaman dalam menggunakannya.
B.     Saran
Penggunaan desain web dalam website perpustakaan harus mengetahui fungsi dari website tersebut supaya dapat membuat desain web sesuai dengan fungsi pada website perpustakaan.




DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan. Jakarta: Gramedia
http://www.scribd.com/doc/63087149/Pengertian-Web-Design-Beserta-Fungsinyadiakses pada 13 April 2013 pukul: 12:52 WIB
http://www.pemustaka.com/pengertian-tujuan-dan-peran-perpustaandiakses pada 13 April 2013 pukul: 12:55 WIB



PENTINGNYA TAJUK SUBJEK DALAM TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan kini semakin menjamur, hal ini ditandai dengan berbagai macam adanya penemuan-penemuan baru. Disamping menjamurnya ilmu pengetahuan maka perpustakaan harus menyediakan berbagai informasi. Sebagai lembaga penyedia informasi perpustakaan harus bisa memenuhi kebutuhan bagi para pemakainya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pelayanan yang ditawarkan di perpustakaan harus lebih efisien. Salah satu pelayanannya yaitu akses yang mudah untuk menemukan informasi yang dicari. Selain itu untuk temu kembali informasi juga harus diatur sebaik mungkin agar memudahkan para penggunanya.
Penelusuran informasi menjadi penting karena inti dari sebuah perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan bagaimana memberikan jalan  kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang tepat pula.

B.     Rumusan Masalah 
a.      Apa pengertian tajuk subjek ?
b.      Apa saja jenis subjek ?
c.       Bagaimana cara menentukan subjek ?
d.      Apa saja jenis-jenis tajuk subjek ?
e.       Mengapa tajuk subjek penting didalam perpustakaan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tajuk Subjek
Tajuk Subjek adalah kata atau kumpulan kata yang menentukan subjek buku dan material lainnya serta menyatukan materi perpustakaan di bawah subjek yang sama, digunakan pada katalog atau pangkalan data.

B.     Jenis Subjek
Subjek dokumen dapat dibagi menjadi 4 jenis subjek :
1.      Subjek Dasar (basic subject)
Subjek Dasar adalah dokumen membahas satu disiplin atau subdisiplin / bidang spesialisasi secara umum.
Contoh :
·         Judul                : Pengantar Ilmu Pendidikan
·         Rangkuman     : Pendidikan
2.      Subjek Sederhana (simple subject)
Subjek sederhana adalah dokumen tentang 1 subjek dasar (satu disiplin / subdisiplin / bidang spesialisasi) + satu focus dari satu faset.
Contoh :
·         Judul               : Pendidikan Taman Kanak-kanak
·         Rangkuman     : Pendidikan / Taman Kanak-kanak
(fasetnya : lembaga pendidikan, focus : taman kanak-kanak)
3.      Subjek Majemuk (compound subjek)
Subjek majemuk adalah dokumen tentang 1 subjek dasar + focus lenih dari dua faset.
Contoh :
·         Judul                           : Kurikulum Sekolah Dasar
·         Rangkuman                 : Pendidikan/Sekolah Dasar : Kurikulum/
·         Ctt. Pendidikan           : Subjek Dasar
·         Sekolah Dasar             : focus dari faset lembaga pendidikan
·         Kurikulum                   : focus dari faset komponen pendidikan
4.      Subjek Kompleks
Subjek kompleks adalah dokumen tentang interaksi antara dua subjek dasar.
Contoh :
·         Judul : Pengaruh pendudukan jepang pada Novel Indonesia
·         Subjek dasar : Sejarah dan Kesusasteraan
·         Rangkuman : Kesusasteraan/Indonesia : novel/

C.    Cara Menentukan Subjek
Sebelum pustakawan atau pengindeks dapat menempatkan suatu bahan pustaka pada kelas atau penggolongan yang sesuai, pustakawan perlu mengetahui lebih dahulu subyek apa yang dibahas dalam buku tersebut, sudut pandangan yang dianut penulis serta bentuk penyajiannya. Untuk itu pengindeks perlu mengetahui bagaimana membaca buku secara “teknis” untuk mengetahui isi buku.



1.        Judul  buku  tidak  selalu  mencerminkan  isi  yang  dibahasnya,  bahkan  kadang-kadang membingungkan.  Untuk  itu  perlu  diadakan  pemeriksaan lebih  lanjut.  Sebagai  contoh buku dengan judul habis Gelap Terbitlah Terang, Si  Hijau Yang Cantik, Gema Tanah Air, tidak dapat ditentukan subyeknya begitu saja.  Untuk memperoleh keterangan atau petunjuk  lebih  jauh  perlu  dilihat  anak  judul  (judul tambahan),  serta  judul  seri  (kalau ada). Namun demikian kadang-kadang judul buku dengan mudah memberikan petunjuk tentang isinya, seperti Ekonomi, Matematika, BahasaIndonesia dan sebagainya.
2.      Kata  pengantar  sebuah  buku  dapat  memberikan  petunjuk  kepada  pengklasir,  tentang, maksud dan ide suatu bahan pustaka  yang disampaikankepada pembaca, dan sasaranmasyrakat  pembaca.  Kata  pengantar  biasanya  dibuat  oleh  pengarang.  Tetapi  ada kalanya dibuat oleh ahli dalam bidangnya atas pemintaan pengarang.
3.      Daftar isi sebuah buku merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang subyek buku tersebut, karena memuat secara terperinci tentang pokok bahasan perbab, serta subbab.
4.      Bibliografi  atau  sumber  yang  dipakai  sebagai  acuan  untuk  menyusun  buku  dapat memberikan petunjuk tentang subyek suatu buku.
5.       Pendahuluan  suatu  buku  biasanya  memberikan  informasi  tentang  sudut  pandang pengarang tentang subyek, dan ruang lingkup pembahasan.
6.      Apabila  dari  langkah  di  atas  pengklasir  belum  bisa  menemukan  subyek  buku  maka
7.      langkah  yang  perlu  dilakukan  adalah  membaca  teks  buku  secara  keseluruhan  atau sebagian,  atau  mencari  smber  informasi  dari  timbangan  bku  pada  koran  atau  majalah ilmiah terpercaya, serta bisa juga dari katalog penerbit.
8.      Meminta pertolongan dari orang yang ahli dalam bidangnya. Ini merupakan jalan keluar terakhir apabila pengklasir mengalami kesulitan dalam menentukan subyek buku yang tepat.

D.    Jenis – Jenis Tajuk Subjek
  Beriku adalah jenis-jenis tajuk subjek :
a.    Tajuk Utama
Tajuk utama merupakan konsep tunggal/sederhana, yang dapat berupa yang berikut.
1)   Tajuk kata benda tunggal. Misalnya, ekonomi, hukum, politik, dan sebagainya.
2)   Tajuk  ajektif.  Tajuk  ini  terdiri  atas  dua  istilah,  yaitu  kata  benda  diikuti  dengan kata ajektif. Misalnya, benda besar, binatang beracun, dan sebagainya.
3)   Tajuk  frase/kosa  kata.  Tajuk  ini  berupa  susunan  beberapa  istilah.  Misalnya, depresi pada anak, diabetes dalam kehamilan, dan sebagainya.
b.    Tajuk Inversi
Tajuk inversi (pembalikan istilah) perlu dikatakan karena hal-hal berikut.
1)   Masyarakat  lebih  mengenal  istilah  dasar.  Misalnya,  hakim,  ahli,  hukum,  dan pembaruan. Menggunakan istilah yang luas dalam segala aspeknya. Misalnya,
Ø Angkatan Bersenjata – Komunikasi
Ø Angkatan Bersenjata – Lambang
Ø Angkatan Bersenjata – Logistik
Ø Angkatan Bersenjata – Manuver
c.    Tajuk Gabungan
Tajuk gabungan merupakan penggabungan dua unsur yang sederajat atau berkaitan dengan kata  penghubung  “dan.”  Misalnya,  agama  dan  musik,  bank  dan  perbankan,  perawat  dan perawatan, dan sebagainnya.
d.   Tajuk Tambahan
Tajuk tambahan menyatakan adanya subyek utama dan subyek tambahan, yang merupakan implementasi dari subdivisi nomor kelas.
Perhatikancontoh berikut.
1)   Nama pribadi/orang   :  Kurniawan, Fatah
2)   Nama geografi/propinsi  :  Jawa Timur-Sejarah; Magetan-Geografi
3)   Nama bangsa/suku bangsa  :  Maori-adat kebiasaan, Sunda Perkawinan
4)   Nama barang    :  Genderang, Baju, dan sebagainya.
5)   Nama tanaman   :  Anthurium-Bunga, Mahoni, Buah, dan sebagainya.
6)   Nama perjanjian   :  Meja Bundar-Perjanjian, Gianti-Perjanjian
7)   Nama organisasi/lembaga  :  Pusat Bahasa, Pemuda Pancasila, dan sebagainya.

E.      Pentingnya Tajuk Subjek di Perpustakaan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tajuk subjek diperlukan dengan alasan sebagai  berikut :
a.       Adanya proses temu kembali informasi. Artinya seorang pengindeks harus dapat memperkirakan kebutuhan informasi para pengguna.  Hal ini terdapat pada tahap analisis subjek dimana pengindeks harus selalu bertanya bagaimanakah dokumen yang diharapkan pengguna dapat ditemukan kembali.
b.      Karena adanya kebutuhan informasi bagi pengguna perpustakaan. Apabila dokumen yang relevan dengan suatu permintaan dapat diketahui eksistensinya di perpustakaan, maka hal ini ada kecocokan (Match) antara informasi yang ditemukan, dengan kata lain informasi yang terdapat dalam dokumen dalam batas-batas tertentu cocok dengan informasi yang dikehendaki. Kecocokan inilah yang merupakan inti  dari penemuan kembali informasi.
c.       Banyaknya koleksi bahan pustaka di perpustakaan, sehingga pengguna mudah menentukan informasi yang bagaimana sesuai dengan kebutuhan. Bagaimanapun besarnya dokumen, perpustakaan tidak akan ada artinya jika dokumen yang relevan tidak dapat diketahui tempatnya bila diperlukan, oleh karena itu perpustakaan perlu membangun katalog yang merupakan suatu sistem penemuan kembali informasi (Information Retrieval System).
d.      Menyusun atau menyimpan di rak mempermudah petugas pada khususnya dan mempermudah pengguna mengakses langsung informasi yang terdapat pada bahan pustaka
e.       Informasi langsung dapat dipecah-pecah menjadi kategori yang relatif tidak banyak.
f.       Informasi dapat digolongkan berdasarkan kelas ilmu pengetahuan menjadi seri kategori yang disusun secara logis.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tajuk subjek merupakan komponen yang penting dalam perpustakaan, jika tidak ada tajuk subjek pengguna perpustakaan akan kebingungan ketika akan mencari koleksi perpustakaan. Dengan adanya tajuk subjek maka pengguna perpustakaan akan lebih cepat dalam menemukan koleksi yang ada di perpustakaan.



DAFTAR PUSTAKA

Sri Rohyanti. - . Hand Out Analisis Subjek.Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga

Sabtu, 23 November 2013

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DI INDONESIA ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.              Latar Belakang Masalah

Pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal (di Indonesia kriteria pendidikan minimal D2 dalam bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi).
Di Indonesia, pustakawan diakui sebagai suatu profesi sejak tahun 1988 berdasarkan SK MENPAN No. 18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN No. 33/MENPAN/1990, yang kemudian diperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.
Berkaitan dengan pustakawan sebagai profesi, adakalanya pengakuan tersebut dikaitkan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu PNS yang mendapatkan Surat Keputusan (SK) sebagai pejabat pustakawan. Akibatnya ada diantara pustakawan yang bekerja di perpustakaan tidak menyebut dirinya sebagai pustakawan karena belum memiliki SK. Padahal sebenarnya dalam penentuan profesi pustakawan tersebut, adanya SK PNS tidaklah mempengaruhi, yang penting adalah pendidikan dan pelatihan yang telah diikiti sebagai syarat agar dapat disebut sebagai pustakawan. .(Ranchman & Zulfikar, 2006)

Ketika pustakawan telah diakui sebagai profesi, maka pustakawan mempunyai kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, dan wewenang, dimana hal tersebut lebih sering disebut sebagai jabatan Fungsional. Jabatan fungsional pustakawan itulah yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

I.              Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada pada latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa point pembahasan, antara lain:
a.       Apakah yang dimaksud jabatan fungsional?
b.      Apakah yang dimaksud jabatan fungsional bagi pustakawan berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan?
c.       Bagaimanakah kenyataan yang ada di Indonesia berkenaan dengan harapan para pustakawan?

BAB II
PEMBAHASAN

I.              Pengertai Jabatan Fungsional
Purwono (2013), jabatan fungsional adalah yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang dalam hal ini pegawai negeri sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanna tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi pemerintah.
Menurut PP. No. 16 tahun 1994 dalam pasal 2 ayat (2)  ditetapkan bahwa jabatan fungsional terbagi menjadi dua, yaitu:
a.       Jabatan fungsional keahlian.
Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan atau berdasarkan sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu.
b.      Jabatan fungsional ketrampilan.
Jabatan fungsional ketrampilan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi yang ditentukan.

II.           Jabatan Fungsional Pustakawan

Pejabat fungsional pustakawan yang selanjutnya disebut pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfi) di instansi pemerintah atau unit tertentu lainnya.
Jabatan pustakawan diakui sebagai jabatan fungsional jika telah memenuhi syarat dan kriteria profesinya, yaitu antara lain:
1.        Memiliki metodologi, teknis analisis dan prosedur kerja yang didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan dan atau pelatihan tertentu dan mendapatkan sertifikasi.
2.        Memiliki etika profesi yang diterapkan oleh organisasi profesi (dalam hal ini adalah Ikatan Pustakawan Indonesia/IPI).
3.        Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian dan tingkat ketrampilan bagi jabatan fungsional ketrampilan.
4.        Dalam melaksanakan tugas dapat dilakukan secara mandiri.
5.        Jabatan fungsional pustakawan ternyata diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organsisasi.
6.        Telah memiliki pendidikan tinggi keperpustakaan dan berbagai jenjang studi sejak D2, D3, S1, sampai pada S3.
Seperti halnya jabatan fungsional pada umumnya, jabatan fungsional pustakawan juga terbagi dalam dua kelompok yang terdiri dari tujuh jenjang. Tiga jenjang dalam kelompok pustakawan tingkat terampil, dan empat jenjang dalam kelompok pustakawan tingkat ahli.
a.    Pustakawan tingkat terampil.
Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya diploma II perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan (Ranchman & Zulfikar, 2006) pustakawan tingkat terampil terdiri dari:
1)        Pustakawan pelaksana.
2)        Pustakawan pelaksana lanjutan.
3)        Pustakawan penyedia.

Dalam jenjang pustakawan tingkat terampil ini, tugas-tugas yang harus dilaksanakan adalah:
·           Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka atau sumber Informasi. Yang meliputi pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka atau koleksi, penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka dan pelayanan informasi.
·           Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Seperti penyuluhan, publisitas dan pameran.
b.    Pustakawan tingkat ahli.
Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau diploma dibidang lain yang disetarakan (Ranchman & Zulfikar, 2006) pustakawan tingkat ahli terdiri dari:
1)        Pustakawan pertama.
2)        Pustakawan muda.
3)        Pustakawan madya.
4)        Pustakawan utama.
Adapun tugas pokoknya yaitu sama dengan tugas Pustakawan Tingkat Terampil tetapi ditambah dengan Pengkajian Pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Pengkajian Pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data berdasarkan metodologi tertentu untuk mengetahui kondisi atau akar permasalahan yang ada, dan hasilnya di informasikan kepada pihak lain dalam bentuk laporan. Kegiatan ini meliputi penyusunan instrumen, pengumpulan, pengolahan data, analisis dan perumusan hasil, serta evaluasi dan penyempurnaan hasil kajian



I.              Jabatan Fungsional Pustakawan di Indonesia antara Harapan dan Kenyataan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seseorang dapat dikatakan mempunyai profesi sebagai pustakawan jika telah menjadi PNS dan mempunyai SK sebagai pejabat pustakawan. Dari hal itulah maka timbul pertanyaan, bagaimana jika seorang dengan pendidikan, ketrampilan serta telah mengikuti pelatihan sebagai pustakawan namun belum mempunyai SK sebagai pustakawan, bahkan dia juga bukan seorang PNS?
Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang kemudian melahirkan tuntutan dari para pustakawan yang  bukan PNS tentang adanya standar kompetensi pustakawan dan sertifikasi pustakawan. Banyak diserukan pula dalam tuntutan sertifikasi pustakawan ini bukan berlatar belakang pada tunjangan profesi. Namun lebih pada pencapaian kualitas pustakawan. Adanya tunjangan profesi hanyalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kompetensi yang dimiliki.
Namun pada kenyataannya di Indonesia ini, jabatan fungsional pustakawan seakan tidak terlalu mendapatkan perhatian jika dibandingkan dengan jabatan fungsional dari bidang lain, seperti guru ataupun dosen. Hal tersebut dapat dilihat dari isi Undang-Undang tentang perpustakaan. Dalam pasal 31 disebutkan bahwa tenaga perpustaan berhak atas :
a.    Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejateraan sosial.
b.    Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
c.    Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas perpustakaan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Coba kita bandingkan dengan isi Undang-Undang Guru dan Dosen. Dalam pasal 14 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a.    Memperoleh memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
b.    Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c.    Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
d.   Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e.    Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f.       Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan.
g.    Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
h.    Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi
i.      Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
j.      Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
k.    Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Selain itu, dalam pasal 16 ayat 2 dinyatakan bahwa tunjangan profesi guru diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Yang di resahkan adalah tunjangan profesi pustakawan yang merupakan konsekuensi logis dan yang menyertai kompetensi pustakawan ternyata tidak diatur dalam Undang-Undang Perpustakaan. Berbeda dengan Undang-Undang Guru dan Dosen, jelas menyebutkan bahwa pemegang sertifikasi guru akan mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji pokok.
Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan para ‘pustakawan’ itulah yang kemudian juga berdampak pada minat generasi penerus pada dunia kepustakawananan. suatu sumber juga mengatakan jika dalam setiap tahunnya jumlah pustakawan itu bukan bertambah, namun malah semakin berkurang.


BAB III
PENUTUP

Dari pembahsan diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal (di Indonesia kriteria pendidikan minimal D2 dalam bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi).
Di Indonesia, pustakawan diakui sebagai profesi pada tahun 1988, tentu dengan berbagai syarat dan kriteria yang harus terpenuhi. Pejabat fungsional pustakawan yang selanjutnya disebut pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfi) di instansi pemerintah atau unit tertentu lainnya.
Adanya kesenjangan antara harapan para pustakawan akan adanya sertifikasi pustakawan dengan kenyataan yang ada di negara Indonesia ini menjadikan semakin merosotnya minat sebagai pustakawan. Kesenjangan tersebut terlihat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap profesi pustakawan, jika dibanding dengan profesi yang lain. Dengan tidak adanya standar kompetensi pustakawan, maka secara langsung kualitas dari pustakawan itu sendiri masih perlu dipertanyakan lagi. Sehingga, otomatis juga berdampak pada kebijakan tentang konsekuensi logis yang akan diterima pustakawan sebagai hasil dari kompetensi yang dimiliki.


DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan, Suatu Pendekatan terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Purwono. 2013. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

www.pemustaka.com. Diakses pada Kamis, 19 September 2013, pukul 10.35

Akumenuliskarenaallah.blogspot.com. Diakses pada Kamis 19 September 2013, pukul 10.42

Kober.tripod.com. Diakses pada Kamis, 19 September 2013, pukul 10.48

www.4shared.com. Diakses pada 24 September 2013, pukul 21.07

eprint.rclis.org. diakses pada 24 September 2013, pukul 21.16