Sabtu, 23 November 2013

SEJARAH PERPUSTAKAAN ISLAM



A. Perpustakaan Khalifah di cordova

Ketika arab menaklukkan spanyol, merekamenjadikan kota cardova sebagai ibu kota mereka atau pusat kota mereka, dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban yang tinggi disana. Cardova menjadi kota yang paling besar di Eropa setelah konstantinopel, karena memiliki 200.000 rumah, 600 masjid, dan 900 tempat pemandian umum.
Dalam bidang pendidikan, budaya dan lainnya berada dibawah kendali islam, sehigga banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa yunani kedalam bahasa arab, yang membantu perkembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi, sekolah bahkan di perpustakaan yang ada. Sebagai hasilnya kebanyakan orang telah didik oleh para sarjana dan sejarawan di spanyol dan juga di andalusi. Hampir semua orang bisa membaca dan menulis. Kebudayaan dan pendidikan ini mencapai puncaknya dibawah khalifah Al-Hakam II (961-976 M).
Al-Hakam merupakan salah satu sarjana terbaik diantara khalifah islam lainnya, ia membuat sebuah perpustakaan yang sangat bagus dan mengumpulkaan buku-buku yang berisi semua cabang ilmu pengetahuan, perpustakaan ini sangat besar dan luas untuk ukuran di zamanya. Buku-buku yang ada didalam perpustakaan mencapai 400.000 buah dan mempunyai katalog-katalog yang teliti dan sangat teratur, sehingga sebuah katalog khusus berisi diwan-diwan syair yang ada di perpustakaan itu mencapai 44 bagian. Di perpusstakaan ini terdapat pula para penyalin buku yang cakap dan penjilid-penjilid buku yang mahir. Pada massa Al-Hakam terkumpul khazanah-khazanah buku yang belum pernah dimiliki seorang pun baik sebelum atau sesudahnya.
Hubungan cardova dengan dunia timur (Arab), khususnya syiria dan iraq mengalamai perkembangan pesat. Pemerintah bani umayah II banyak mengambil buku-buku, ilmu dan ilmuan dari timur, demikian pula sebaliknya, para pengembara dan pencari ilmu serta para ilmuan tidak sedikit yang ikut berhijrah dari negeri timur (khususnya Arab, Syiria, dan Iraq) ke Andalusia dan Cardova. Di ibu kota daulah Bani Umayyah II, dibawah pemerintahan Al-Hakam merekalah yang berperan untuk menyebarkan ilmu, pengajar, penulis buku (pengarang), penjual (pebisnis) buku (kitab), sehingga hubungan dan jaringann keilmuan antara dunia Arab (Timur) dengan spanyol, khusus Cardova, Andalusia terjalin dengan baik dan menghasilkan banyak karya-karya keilmuan yang menjadi sumber-sumber kepustakaan islam. Jaringan keilmuan melalui difusi kebudayaan, baik dengan cara melakukan imigrasi, pengembaraan, penyebaran ilmu melalui pendidikan, pengajaran dan penjualan buku-buku, maupun hubungan politik dan diplomasi, menjadi media transformative yang dinamis dan efektifdalam proses perkembangan lanjutan dan kemajuan kepustakaan islam.
Fenomena ini menunjukkan bahwa jaringan keilmuan pada masa daulah bani Umayyah II di Cardova, dibangun oleh berbagai segmen dan lapisan (strata) sosial dan multi etnis. Inilah yang kemudian menegaskan bahwa tradisi kepustakaan islam berkembang seiring dengan terjadinya difusi kebudayaan. Difusi kebudayaan itu diperkuat oleh motif kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai segmen dan lapisan, yang tidak hanya menjadikan buku sebagai sebuah industri ekonomi, tetapi aset kebudayaan dan peradaban islam yang tinggi. Pada masa ini kepustakaan tidak hanya berada di dalam istana kerajaan (daulah), tetapi juga menjamur di berbagai kota di Cardova. Yang menunjukkan suatu perkembangan yang pesat dan kemajuan dalam kepustakaan islam.
B. Perpustakaan Bangsawan di Bukhara
Dinasti samanid mengembangkan kebudayaan yang sangat tinggi dan pendidikan di provinsi tran-oxana (dibagian tenggara rusia sekarang) dan salah satu raja terhebat mereka adalah Sultan Nuh ibn Mansur pada abad ke -10. Diantara keunggulan ibu kota bukhara adalah perpustakaan bangsawan yang dikumpulkan oleh leluhr-leluhur mereka. Perpustakaan ini memperoleh tempat terhormat dimana para sarjana-sarjana hebat avicenna mendapatkan ilmu pengetahuan. Dokter dan sarjana terkenal, abu ali ibn sina dikenal sebagai avicenna.
Abu Ali Al Husain Ibn Abdullah Ibn Sina adalah nama lengkap ibn sina, yang lebih dikenal sebagai “Avicenna” oleh masyarakat barat. Ia lahir pada tahun 980 M atau 370 H. Di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, didekat bukhara.
C. Perpustakaan Khalifah Khalifah di Kairo
Perpustakaan yang pertama di Kairo telah dibentuk oleh khalifah Al-Aziz (975-996) M, awalnya di Mesir pada saat itu terdapat perkumpulan orang-orang terpelajar yang berdiskusi masalah agama dan berbagai hal lainnya. Dari situlah mereka menemukan modal sehingga didirikanlah sebuah Universitas dan Mesjidyang sangat dikenal yaitu Al-Azhar di Kairo, Al-Aziz sendiri adalah orang yang sangat cinta akan buku.
Perpustakaan ini mempunyai 600.000 jilid buku dan 2.400 koran dengan indahnya yang diterangi emas dan perak yang disimpan disebuah ruangan terpisah yang disusun dengan baik di atas perpustakaan, sisa buku lain seperti ilmu hukum, tata bahasa, retorik, sejarah, biografi, astronomi dan ilmu kimia. Yang berada disekitar dinding yang sudah dibagi raknya, masing-masing satu pintu dengan satu kunci, diatas pintu dari tiap bagian telah dipaku daftar semua buku dan dimasukkan pada setiap cabang ilmu pengetahuan.
Bahkan Al-Aziz meminta kepada khalil ibnu Ahmad untuk dibuatkan naskah dari kitab An-Ain dan memintanya untuk menjadi pustakawan. Dengan seketika ia menulis 30 naskah yaitu salinan atau tulisan yang dikarang olehnya dan menawarkan sebuah naskah sejarah, dimana ia membayar 100 dinars, didalam perpustakaannya tersebut juga terdapat 20 naskah mencakup salinan pengaran tentang Jambarah ibnu duraid ia mempunyai 100 naskah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar